Para astronot stasiun luar angkasa Tiangong Tiongkok saat ini sedang menunggu penyelamatan setelah kendaraan yang mereka rencanakan untuk kembali dirusak oleh puing-puing luar angkasa, meninggalkan mereka untuk sementara waktu tanpa jalan pulang yang dapat diandalkan. Awak misi Shenzhou 21, yang tiba pada 31 Oktober untuk tinggal selama enam bulan, sekarang bergantung pada peluncuran pesawat ruang angkasa untuk memastikan mereka kembali dengan selamat.
Kemungkinan Tak Terduga
Krisis dimulai ketika pesawat ruang angkasa Shenzhou 20, yang seharusnya membawa awak Shenzhou 21 kembali ke Bumi, mengalami kerusakan akibat serangan puing-puing luar angkasa. Pejabat antariksa Tiongkok menetapkan kendaraan tersebut tidak layak untuk dipulangkan dengan awak, sehingga para astronot bergantung pada rencana cadangan. Untungnya, Tiongkok memiliki roket Long March 2F dan pesawat ruang angkasa Shenzhou dalam kondisi hampir siap di Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan khusus untuk keadaan darurat seperti itu.
Protokol Respon Cepat
Dalam keadaan normal, pesawat ruang angkasa siaga dapat diluncurkan ke stasiun dalam waktu 8,5 hari. Mengingat urgensinya, hitungan mundur ini kemungkinan besar sudah dimulai. Pesawat luar angkasa Shenzhou 22 akan diluncurkan ke Tiangong tanpa awak, berfungsi sebagai sekoci pengganti. Meskipun para pejabat belum memberikan jadwal spesifiknya, peluncuran tersebut diperkirakan akan segera dilakukan untuk meminimalkan risiko bagi para astronot.
Gema Insiden Starliner
Situasi ini mencerminkan tantangan baru-baru ini yang dihadapi oleh astronot NASA Butch Wilmore dan Suni Williams di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Kapsul Boeing Starliner mereka mengalami kebocoran helium dan masalah pendorong selama misi awak perdananya. NASA akhirnya mengembalikan pesawat luar angkasa tersebut tanpa awaknya, sehingga memperpanjang masa tinggal para astronot dari 10 hari menjadi hampir sembilan bulan sebelum membawa mereka pulang dengan SpaceX Crew Dragon.
Situasi yang Lebih Genting
Namun, kru Shenzhou 21 menghadapi situasi yang lebih kritis dibandingkan Wilmore dan Williams. ISS memiliki beberapa sekoci cadangan yang memungkinkan para astronot kembali dalam keadaan darurat. Sebaliknya, pesawat ruang angkasa Shenzhou 20, satu-satunya kendaraan dengan awak yang berlabuh di Tiangong, mengalami kerusakan struktural sehingga tidak aman untuk dikembalikan. Kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah mengonfirmasi bahwa Shenzhou-20 akan tetap berada di orbit untuk eksperimen, bukan transportasi awak.
Sumber Daya Tiangong yang Terbatas
Tiangong, yang berukuran sekitar 20% dari ISS, memiliki opsi cadangan yang lebih sedikit. Ketergantungan pada peluncuran siaga cepat menggarisbawahi terbatasnya redundansi stasiun tersebut dalam situasi darurat. Insiden ini menyoroti risiko yang melekat pada misi luar angkasa jangka panjang dan pentingnya memelihara sistem cadangan.
Misi Shenzhou 21 berfungsi sebagai pengingat akan tantangan dan ketidakpastian yang terlibat dalam eksplorasi ruang angkasa. Meskipun situasinya terkendali, krisis sekoci sementara ini menggarisbawahi perlunya protokol keselamatan berkelanjutan dan rencana cadangan di lingkungan luar angkasa yang keras.
